PLTP di Sumsel Resmi Beroperasi, Kapasitas 91,2 MW

Foto: dok. Supreme Energy Rantau Dedap

Foto: dok. Supreme Energy Rantau Dedap

Pantau Proyek — Pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) konvesional kedua di dunia milik ENGIE memulai operasi komersilnya meski menghadapi tantangan lokasi yang terpencil, lahan yang sulit, dan dalam situasi pandemi.

ENGIE mengumumkan Tanggal Operasi Komersial (Commercial Operation Date/COD) Fase-1 dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Rantau Dedap, dimulai pada 26 Desember 2021. Pembangkit listrik ini terdiri dari dua turbin dengan kapasitas bersih 91,2MW. Adapun proyek ini berlokasi di Sumatera Selatan (Sumsel) dan dikembangkan oleh PT Supreme Energy Rantau Dedap (SERD).

PT SERD adalah perusahaan Joint-Venture yang dibentuk antara ENGIE (37,4%), Supreme Energy (25,2%) dan MeriT (37,4%), gabungan Marubeni dan Tohoku Electric Power).

Baca Juga: Pembangkit Listrik China Siap Bayar Mahal untuk Pasok Batu Bara

“Kami bangga bahwa tim ahli kami mampu menyelesaikan proyek ini dengan sukses di masa pandemi global meskipun dihadapkan dengan tantangan lokasi di pedalaman dengan lahan terjal dan pada ketinggian hingga 2.600m di atas permukaan laut,” kata Direktur Utama ENGIE Energy Indonesia David Cullerier dalam keterangan tertulis, Kamis (13/1/2022).

Dengan PLTP ini, ENGIE dan mitranya menunjukkan komitmen dan menekankan kontribusi mereka untuk menuju dekarbonisasi bauran energi di Indonesia.

“Proyek industri ambisius bernilai kira-kira USD700M ini selesai berkat dedikasi yang tidak kenal lelah dan dedikasi yang tinggi dari tim proyek,” ungkap David.

Proyek Rantau Dedap adalah bagian dari program percepatan pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW kedua yang dimulai pemerintah Indonesia pada tahun 2010 (Fast Track Programme (FTP) – 2).

Baca Juga: PLN Keluarkan Rp87,7 Triliun untuk Proyek Kelistrikan Sepanjang 2021

Proyek ini diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan penyediaan listrik bersih bagi sekitar 500.000 rumah tangga, sementara di saat yang sama mengurangi emisi karbon dioksida 475.000 ton per tahun.

Studi awal untuk proyek ini dimulai di tahun 2008 dengan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) yang ditandatangani pada 2012 dan memulai aktivitas eksplorasinya pada 2015. Setelah Amandemen PJBTL berakhir di penghujung 2017, pembiayaan tercapai pada bulan Maret 2018 dengan dukungan dari JBIC, ADB, Mizuho, SMBC dan MUFJ.

SERD memulai kegiatan Development Drilling and Construction dengan perusahan EPC kontraktor yang ditunjuk yaitu konsorsium PT Rekayasa Industri/Fuji Electric.

Pada Tanggal Operasi Komersial, SERD memasuki masa 30 tahun PJBTL dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk menjual listrik bersih dari emisi CO2 dari tenaga panas bumi, yang mana nantinya akan disalurkan ke jaringan untuk menyuplai listrik di Sumatera.

Baca Juga: Presiden Jokowi Resmikan Bendungan Raksasa Rp 1,4 T di NTB

Proyek ini dilaksanakan melalui skema Build, Own, Operate (BOO), dan mematuhi standar lingkungan hidup yang tinggi, serta melibatkan 2.800 pekerja konstruksi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi yang berlokasi di lahan pegunungan terpencil dengan sistem pipa uap (SGS) sepanjang 22 km, yang tersebar di area seluas 350km2.

ENGIE menjadi referensi global di bidang energi rendah karbon dan jasa yang berkomitmen untuk mempercepat pergantian menuju dunia yang netral karbon melalui pengurangan konsumsi energi dan solusi yang lebih ramah lingkungan.

 

Sumber: SINDONEWS.com